ANALISIS JURNAL KESEHATAN DALAM KELUARGA



TUGAS TERSTRUKTUR
ANALISIS JURNAL KESEHATAN DALAM KELUARGA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


















Disusun Oleh
Leni Lismawati                      (G1B014003)
Sonia Dwi Astuti                   (G1B014014)
Putri Titis Cahyawening      (G1B014015)
Nurul Rimadhani                  (G1B014024)
Amiruddin M. Anshori         (I1A015021)
Dhimas Arya P.                     (I1A015101)
M. Fajri Adhianto                 (I1A015107)

UNIVERSITAS JENDERAL  SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
KESEHATAN MASYARAKAT
2015





1.      Gambaran Umum dari Jurnal
Kabupaten Butajira di Ethiopia merupakan kabupaten dengan tingkat ekonomi menengah ke atas karena sebagian besar penduduknya bermatapencaharian utama sebagai petani. Tingginya angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang tidak sesuai dengan stabilitas ekonomi di Butajira mengharusnya adanya program keluarga berencana. Keluarga berencana merupakan suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya  dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut (Suratun, 2008).
Dalam pengertian sempitnya keluarga berencana dalam kehidupan sehari-hari berkisar pada pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar persetubuhan.
Menurut Entjang, Keluarga Berencana (KB) adalah suatu upaya manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral Pancasila untuk kesejahteraan keluarga (Ritonga, 2003).
Menurut WHO, KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Expert Committe, 1970).
Keluarga Berencana adalah metode medis yang dicanangkan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kelahiran (Manuaba, 1998).
KB merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual (Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003).
Kelurga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1998).
Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2004).
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008). 
 Program Keluarga Berencana untuk menekan jumlah penduduk telah dikenalkan sejak tahun 2003 oleh pihak pemerintah dan mitra kerja. Namun hingga 2008 tidak juga menunjukkan hasil yang optimal, hanya sekian persen respon positif dari penduduk butajira yang terdiri atas penduduk perkotaan dan pedesaan. Kemudian peneliti melakukan wawancara dari Oktober-Desember 2009 pada wanita yang telah menikah di Butajira mengenai Keluarga Berencana. Tingkat pendidikan, imigran, tempat tinggal, sektor mata pencaharian adalah beberapa variable yang digunakan dalam penelitian Determinants of Low Family Planning Use and High Unmet Need in Butajira District, South Central Ethiopia. Pada hasil penelitian dijelaskan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi penggunaan keluarga berencana, umumnya tingkat pendidikan formal yang tinggi menyebabkan adanya pengetahuan wanita untuk melakukan keluarga berencana. Wanita yang tinggal di daerah perkotaan lebih banyak menggunakan metode keluarga berencana, seperti metode kontrasepsi modern dibandingkan dengan wanita yang tinggal di daerah pedesaa, baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Sektor pencaharian seperti PNS, pedagang dan pengrajin juga memiliki tingkat kesadaran yang tinggi untuk menggunakan metode keluarga berencana dibandingkan dengan wanita bermatapencaharian petani. Selain itu wanita yang bukan penduduk asli atau merupakan imigran umunya menggunakan metode keluarga berencana dibandingkan dengan penduduk asli Butajira.
Rendahnya penggunaan keluarga berencana di Butajira sebagian besar disebabkan karena kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan oleh jarak dan rendahnya perekonomian keluarga. Meskipun program keluarga berencana di kalangan wanita di Ethiopia telah meningkat,  tetapi masih dalam taraf yang rendah. Kontrasepsi secara konsisten lebih rendah dibandingkan dengan tingginya kebutuhan yang belum terpenuhi di daerah kabupaten Butajira. Selain itu, kesehatan nasional Program ekstensi (HEP) yang telah diluncurkan, menunjukkan tingkat  keberhasilan yang rendah pada tahun 2008 di distrik pendidikan. Penyediaan keluarga berencana bagi masyarakat pedesaan merupakan salah satu dari 16 modul dalam HEP. Berdasarkan hasil penyuluhan kesehatan, banyak wanita yang terbebani dengan berbagai kegiatan yang dapat mencegah keberhasilan program.
Kabupaten Butajira didominasi oleh daerah pedesaan yang menderita tekanan penduduk dan dihuni oleh umat Islam, sehingga banyak terjadi poligami. Poligami menjadi penghalang kontrasepsi, karena meningkatkan keinginan wanita untuk memiliki banyak anak melalui kompetisi antara co-istri.
Menurut hasil penelitian, keinginan wanita untuk memiliki anak tidak menurun secara signifikan karena angka harapan hidup bayi yang dikandungnya meningkat. Mislanya 70,8% dari wanita menikah telah memiliki empat orang anak yang bertahan hidup, tetapi masih menginginkan anak lain.
Selain itu, disagregasi kesuburan menurut jenis tempat tinggal menunjukan 70% dari wanita yang sudah menikah dan memiliki empat orang anak yang masih hidup di daerah perkotaan, dataran rendah pedesaan  dan dataran tinggi pedesaan, masing-masing masih ingin memiliki anak lain di distrik pendidikan.
Setiap wanita di daerah perkotaan tahu tentang kontrasepsi. Sementara 97% dari mereka tahu setidaknya satu metedoe kontrasepsi bagi mereka yang tinggal di dataran rendah atau dataran tinggi Butajira.  Beberapa alasan lain untuk tidak menggunakan kontrasepsi adalah nilai-nilai sosial budaya dan norma yang menghalangi penggunaan KB di masyarakat.
Berbagai macam dan jenis metode keluarga berencana telah dikenalkan dan dibentuk kelompok berlatih di Butajira, seperti:
1. Metode barrier
    Contohnya : kondom yang menghalangi sperma
2. Metode hormonal
    Contohnya: konsumsi pil
3. Metode kontrasepsi alami
    Yang tidak menggunakan alat-alat  bantu maupun hormonal
(Sulistyawati, 2011)   
Dipo-Provera dan Pil dikenal oleh perempuan menikah dan masing masing diikuti oleh kondom untuk laki-laki dan Noplants sekita 82% dan tiga-perempat dari masing-masing peserta penelitian. Sedangkan kontrasepsi favorit yang pernah dipraktekan di kalangan perempuan menikah yaitu Dep-Provera (42,2%) diikuti oleh pil (24.7%). Setidaknya metode kontrasepsi modern kondom perempuan (0.4%). Namun demikian, metode kalender, LAM dan penarikan pernah dipraktekan sebesar 16.5%, 14.7% dan 12.3% oleh perempuan menikah.  
Sebenarnya konsep perencanaan kelahiran sudah dikenal sejak tahun 1850 sebelum masehi. Bahkan binatang mamalia yang tinggal di daerah dataran tinggi pun merencanakan kelahirannya sesuai dengan musim-musim yang dapat menunjang kelangsungan hidup anaknya. Fase estrus,yaitu pada saat mamalia betina tertarik dengan lawan jenisnya, dengan diatur sedemikian rupa sehingga kelahiran anaknya terjadi pada saat yang menguntungkan.
Manusia memiliki mekanisme biologis yang memengaruhi proses pengaturan kelahiran. Waktu dimulainya masa subur pada manusia relatif lebih belakangan dari pada hewan mamalia. Waktu mundurnya masa subur pada manusia memiliki beberapa tujuan, 1) untuk memastikan wanita/pria siap secara fisik dan mental untuk menjadi orang tua dan 2) menjamin agar orang tua dapat menurunkan pengetahuan, ketrampilan dan kekayaannya kepada anaknya. Oleh karena itu, wanita pasca menarche (Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali pada seorang wanita yang sedang menginjak dewasa) tidak selalu langsung menjadi subur, tapi memiliki jeda waktu tertentu.
Wanita yang melahirkan akan menyusui bayinya dan tidak langsung memperoleh haid selama beberapa bulan, ibupun menjadi tidak subur. Jika jarak antarkelahiran terlalu dekat maka akan membahayakan bayi yang akan lahir, karena kondisi fisik ibu belum sempurna. Oleh karena itu, diperlukan jarak minimal 3 tahun dan maksimal 5 tahun.
            Beberapa ratus tahun sebelum masehi laki-laki dan wanita telah berusaha untuk mengendalikan reproduksinya agar tidak melebihi batas kemampuan tubuh. Sejak beberapa abad sebelum masehi laki-laki telah mengenal senggama terputus yang dirasa lebih efektif dari pada cara pengendalian reproduksi wanita pada saat itu.
Meskipun sebagian besar masyarakat sudah mengerem proses reproduksi tapi dalam pelaksanaannya ada ketimpangan antara pengaturan reproduksi laki-laki dengan perempuan. Karena alat kontrasepsi prempuan lebih banyak dari pada kontrasepsi laki-laki.
Menurut Wilopo, 2004 : Keluarga Bencana (KB) diperlukan untuk mewujudkan derajat kesehatan dan hak-hak reproduksi yang prima sebagai bagian dari hak-hak asasi (Pitoyo, 2010). Sedangkan menurut BKKBN, 2005 : tujuan utama KB adalah menurunkan angka fertilitas, sedangkan peningkatan angka prevalensi kontrasepsi menjadi indikator utama dari pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia.
Keluarga berencana (KB) membantu pasangan suami istri bebas dari ketakutan untuk mengalami kegagalan kontrasepsi (hamil), terkena infeksi penyakit menular seksual (termasuk HIV), paksaan, dan terjadi kesetaraan dalam negosiasi (Pitoyo dkk, 2010)
2.      Kesimpulan dan Saran
a.       Kesimpulan
Penggunaan program keluarga berencana seperti kontrasepsi, baik tradisional atau modern masih kurang diminati dan jauh dari keberhasilan di Butajira meskipun menunjukkan angka yang cukup tinggi. Keberhasilan program keluarga berencana memiliki hambatan antara lain, sepeerti: agama, adat budaya dan kebiasaan. Pengetahuan dan penggunaan mengenai program keluarga berencana juga berbeda antara wanita penduduk perkotaan dan pedesaan, antar mata pencaharian dan antar tingkat pendidikan.
b.      Saran
Keberhasilan program keluarga berencana tidak hanya melibatkan tanaga kesehatan masyarakat dan mitra pemerintah saja. Tetapi pemerintah seharusnya melibatkan banyak bidang kehidupan untuk menunjang kesuksesan program keluarga berncana, sepeerti tenaga ahli bidang ekonomi, pendidikan, social budaya, hukum dan pertanian.









DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Padjadjaran. 1980. Teknik Keluarga Berencana (Perawatan Kesuburan). Bandung : Elstar Offset
Pitoyo, Agus Joko, Pande Made Kutanegara. 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana.Jakarta: Salemba Medika


0 komentar:

Posting Komentar