EPIDEMIOLOGI KANKER PAYUDARA





       Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi. Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel pada payudara. Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri dari jaringan-jaringan, berisi sel-sel. Umumnya, pertumbuhan sel normal mengalami pemisahan, dan mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan sel-sel baru. Tapi, ketika sel-sel lama tidak mati, dan sel-sel baru terus tumbuh (padahal belum diperlukan), jumlah sel yang berlebihan bisa berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor. Akan tetapi, tidak semua tumor merupakan kanker, terutama pada payudara. Ada jenis tumor jinak (non kanker), ada juga yang ganas (kanker).


A. Anatomi
       Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio, yaitu berupa penebalan ektoderma sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang dari aksila sampai ke regio inguinal .
        Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa dan lemak. Jaringan-jaringan ini terpisah dari otot-otot dinding dada, otot pectoralis dan seratus anterior, oleh jaringan ikat. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papilla mammaria), tonjolan berpigmen yang dikelilingi oleh areola. Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil-kecil, apertura duktus laktiferosa. Tuberkel-tuberkel Montgomery adalah kelenjar lemak pada permukaan areola.
        Jaringan kelenjar membentuk 15-25 lobus yang tersusun radier di sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus-lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus yang lain. Drainase dari lobus menuju ke dalam sinus laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul dan kemudian bermuara ke puting. Di banyak tempat jaringan ikat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini yaitu, ligamentum cooper, merupakan ligamentum suspensorium dari payudara.
         Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. Perforantes anterior dari a. Mammaria interna, a. Thorakalis lateralis yang bercabang dari a. Aksilaris dan beberapa a. Interkostalis. Persyarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n. Interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri di urus oleh saraf simpatis

B. Patofisiologi
          Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari mada hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada k
ehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu .
       Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran seperti itu, kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
          Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma, berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara. Karsinoma payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya, Sebagaimana sel-sel tubuh kita yang asli. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu bahan asing yang masuk ke dalam tubuh kita, diantaranya pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan, atau karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai di dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma non-invasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis ataupun daerah kulit yang menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian, tumor dikategorikan stadium lanjut inoperabel.
         Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler membesar. Kemudian melalui pembuluh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara lain paru, hati, tulang dan otak. Akan tetapi dari penelitian para pakar, mikrometastasis pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului penyebaran limfogen. Sel-sel kanker dan racun-racun yang dihasilkannya dapat menyebar ke seluruh tubuh kita seperti tulang, paru-paru, dan liver tanpa disadari oleh penderita. Karenanya tidak mengherankan jika pada penderita kanker payudara ditemukan benjolan di ketiak atau benjolan kelenjar getah bening lainnya. Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya.
         Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari aktifitas gen T-Supresor atau sering disebut dengan p53. Meskipun mutasi p53 umumnya terjadi pada kanker payudara berat, namun hanya sedikit yang dapat diidentifikasi pada kanker payudara berat in situ (kanker payudara intraduktal). Penelitian yang paling sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel yang menjadi tidak terkendali.

C. Diagnosis
C.1. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis
Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Biasanya pasien datang dengan keluhan rasa sakit yang tidak enak atau tegang di daerah sekitar payudara.
2. Pemeriksaan Fisik
Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan sadari, pemeriksaan klinik dan pemeriksaan mamografi. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25 %- 30%.
a. Sadari (Periksa payudara Sendiri atau Breast Self Examination)
Semua wanita di atas usia 20 tahun sebaiknya melakukan sadari setiap bulan dan segera periksakan diri ke dokter bila ditemukan benjolan. Jika Sadari dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya Sadari dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan Sadari adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, Sadari bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
b. Gejala dan Tanda Keganasan
Pada usia 20-39 tahun setiap wanita sebaiknya memeriksakan payudaranya ke dokter tiap 3 tahun sekali. Pada usia 40 tahun ke atas sebaiknya dilakukan tiap tahun. Secara kasat mata ada tanda dan gejala yang khas menunjukkan adanya suatu keganasan, gejala-gejalanya diantaranya adalah :
1. Adanya retraksi / inversi nipple ( dimana puting susu tertarik ke dalam atau masuk ke dalam payudara) berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah
2. Keluarnya cairan dari puting susu. Yang khas adalah cairan keluar dari muara duktus satu payudara dan mungkin berdarah
3. timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990). Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:
4. benjolan pada payudara Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu
5. adanya nodul satelit pada kulit payudara; kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa; terdapat model parasternal; terdapat nodul supraklavikula; adanya edema lengan; adanya metastase jauh.
6. terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
C.2. Pemeriksaan Radiologi
Deteksi dan diagnosis dari kanker payudara diawali dengan riwayat penyakit yang berkaitan dengan payudara, dan pemeriksaan fisik dari payudara. Mammografi, yaitu radiogram jaringan lunak, merupakan pemeriksaan tambahan yang penting. Mammografi dapat mendeteksi keberadaan massa yang terlalu kecil untuk diraba, dan pada banyak keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari massa yang teraba. Mammografi juga bermanfaat sebagai pemeriksaan penyaring pada wanita-wanita sehat yang asimtomatik, dan dalam memberikan keterangan untuk menentukan diagnosa suatu kelainan.
1. Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan sinar-x terhadap payudara. Skrining kanker payudara dengan mammografi dianjurkan untuk perempuan berusia lebih dari 40 tahun dengan risiko standar. Untuk wanita dengan risiko tinggi (khususnya dengan mutasi gen tersebut diatas) mammografi sebaiknya dimulai pada usia 25 tahun atau pada usia 5 tahun lebih muda dari anggota keluarganya yang termuda yang mempunyai riwayat kanker payudara. Misalnya ada kakaknya menderita kanker pada usia 26 tahun, maka adiknya dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2 dianjurkan memulai pemeriksaan mammografi pada usia 21 tahun. Banyak kemajuan telah dicapai untuk mendiagnosis kanker payudara antara lain dengan perbaikan pada teknik mammografi dan makin dilengkapi dengan adanya mammografi digital. Pemeriksaan resonansi magnetik payudara dan dengan technetium-99m saat ini sedang dikembangkan, dan mungkin sekali meningkatkan kemampuan diagnosis dini.
Tujuan utama pemeriksaan mammografi adalah untuk mengenal secara dini keganasan pada payudara. Berdasarkan penyelidikan, jika mammografi dan ultrasonografi dipakai bersama-sama dalam prosedur diagnostik, maka akan diperoleh nilai ketepatan diagnosis sebesar 97%. Mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglandular yang relatif lebih sedikit dan ini biasanya ditemukan pada wanita dewasa di atas umur 40 tahun yang pada umur tersebut kekerapan akan terjadinya keganasan payudara makin meningkat. Peranan mammografi menjadi berkurang pada payudara yang mempunyai jaringan fibroglandular padat dimana keadaan ini sering terdapat pada wanita muda dibawah 30 tahun. Pada mammografi, perbedaan kepadatan suatu tumor dengan jaringan di sekitarnya dapat jelas terlihat terutama pada payudara wanita tua, hal ini disebabkan karena absorbsi sinar X oleh jaringan tumor akan lebih banyak dari pada jaringan sekitarnya. Umumnya pasien tidak datang berobat dengan bentuk kanker jinak. Namun sekitar 80 % pasien baru malaporkan penyakitnya jika telah terjadi lesi pada kanker jinak tersebut. Mammografi dapat memberikan gambaran yang cukup jelas jika terindikasi terjadinya kanker.
2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan tumor payudara dengan ultrasonografi (USG) mulai dikembangkan oleh Wild dan Reid pada tahun 1952 dan sampai saat ini pemeriksaan dengan USG sudah semakin popular dan berkembang dengan pesat. Ultrasonografi merupakan alat bantu pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara dan tidak menggunakan sinar roentgen dan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien. USG payudara biasanya digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan pada pemeriksaan skrining maupun diagnostik mammografi. USG memiliki resolusi kontras yang sangat baik, misalnya dapat membedakan bayangan cairan (kista) dengan struktur normal jaringan payudara, Namun USG tidak memilki resolusi spatial sebaik mammografi sehingga tidak dapat memberikan gambaran struktur payudara sedetail mammografi. USG juga tidak dapat memberikan mikrokalsifikasi yang merupakan predicton adanya keganasan pada payudara. Namun makrokalsifikasi dapat terlihat pada USG.
USG terutama berperan pada payudara yang padat yang biasanya ditemui pada wanita muda, dimana jenis payudara ini kadang-kadang sulit dinilai dengan mammografi. USG juga sangat bermanfaat untuk membedakan apakah tumor itu solid atau kistik, dimana gambarannya pada mammografi hampir sama, tetapi mikroklasifikasi tak dapat dikenal dengan USG. USG sering dipergunakan untuk diagnosis kista pada payudara. Akan tetapi dengan adanya sitologi aspirasi pemakaian USG makin berkurang.
Tanda tumor ganas secara USG diantaranya :
a. Lesi dengan batas tak tegas dan tak teratur
b. struktur echo internal lemah dan heterogen
c. batas echo anterior lesi kuat, posterior lesi lemah sampai tak ada (posterior acoustic shadow). adanya perbedaan besar tumor secara klinis dan secara USG.Beberapa kasus lain yang dapat ditemukan dengan penggunaan USG beserta gambarannya adalah sebagai berikut :
3.Computerized Tomography (CT) Payudara
Akhir-akhir ini pemeriksaan payudara dengan CT juga telah berkembang, tetapi mengingat biaya pemeriksaan yang cukup tinggi, adanya bahaya radiasi dan perlunya penyuntikan zat kontras, melakukan pemeriksaan CT juga menjadi terbatas.
Secara umum masih agak sukar membedakan lesi ganas dan lesi jinak hanya berdasarkan pemeriksaan CT saja, walaupun biasanya tumor ganas menyebabkan peningkatan nilai densitas setelah penyuntikan kontras dibandingkan tumor jinak. Oleh karena itu dapat menggantikan kedudukan mammografi dalam mengenali keganasan payudara terutama dalam program penyaringan (screening).
Pada tumor ganas payudara, CT dapat membantu perencanaan radioterapi dalam menentukan tebal dinding dada dan mengenal adanya metastasis pada kelenjar mammaria interna. Umumnya kelenjar mammaria interna tidak kelihatan pada CT biasa, jika ini terlihat berarti suatu kelainan patologik. Selain itu, CT juga dapat mengenal pembesaran atau metastasis kelenjar aksiler atau adanya perluasan tumor ganas berupa destruksi dinding dada.
C.3 Pemeriksaan Patologi Anatomi
      Dua puluh tahun yang lalu biopsi merupakan cara baku untuk konfirmasi diagnosis, sedangkan sekarang ini yang menjadi tehnik baku adalah aspirasi jarum halus (fine needle biopsy) atau core needle biopsy. Biopsi dengan panduan USG, biopsi stereotaktik dan biopsi dengan panduan MRI menjadi teknik yang sedang dikembangkan, khususnya untuk wanita dengan sangkaan kanker tetapi tidak teraba massa di payudara. Pemakaian jarum yang lebih besar (large-core needle-biopsy) memudahkan ahli patologi untuk menilai sediaan.
Dengan melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau padat. Kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa dalam tindak lanjut selama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap atau terbentuk kembali, atau jika cairan aspirat mengandung darah, maka ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsi. Biopsi untuk pemeriksaan histologis dapat berupa eksisional (seluruh massa diangkat), atau insisional (sebagian dari massa dibuang). Kebanyakan biopsi merupakan prosedur rawat jalan. Analisis mikroskopik dari spesimen menyatakan ada tidak adanya keganasan. Jika spesimen bersifat ganas, maka direncanakan untuk tindakan pembedahan.
 
D. Komplikasi
      Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma payudara bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk metastasis yang jauh atau sistemik adalah paru-paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati. Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium, dan ovarium.

E. Pengobatan
      Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
     Kanker payudara primer pada beberapa pasien, kanker terbatas di payudara tanpa penyebaran (metastasis) jauh. Pasien seperti ini yang disebut sebagai kanker payudara primer, biasanya didiagnosis sewaktu check-up mammografi, dan diharapkan kemungkinan kesembuhan cukup besar dengan pengobatan lokal dan regional saja. Namun sekarang ini makin banyak bukti, bahwa sebagian besar pasien kanker payudara primer tersebut ternyata mempunyai metastasis yang tidak dapat dideteksi secara klinis, dan sebagian besar yang diobati dengan tindakan bedah (dengan atau tanpa radioterapi) ternyata kemudian mengalami metastasis.
 Pengobatan Lokal dan Regional
1. Operasi
Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum Operasi mastektomi radikal (pengangkatan seluruh payudara, kelenjar getah bening ketiak, dan otot dinding dada) saat ini telah ditinggalkan dan amat sangat jarang ada indikasi untuk tindakan tersebut. Banyak penelitian membuktikan bahwa untuk sebagian besar kanker payudara tahap dini, lumpektomi (mengangkat tumornya saja) diteruskan dengan radioterapi merupakan pengobatan pilihan. Sekitar 50% pasien kanker payudara di Amerika sekarang ini mendapat pengobatan dengan cara tersebut.
Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
a. Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau k Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
b. Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
c. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.emoterapi.
2. Pengangkatan kelenjar getah bening aksila
Pasien kanker payudara dengan kelenjar getah bening ketiak yang terbukti positif mengandung sel kanker, mempunyai angka kekambuhan yang lebih besar dibandingkan dengan yang kelenjar ketiaknya bebas kanker. Namun, pengangkatan kelenjar ketiak juga meningkatkan nyeri setelah operasi, seperti rasa kesemutan, pembengkakan dan gangguan pergerakan lengan.
3. Radioterapi
Radioterapi atau terapi sinar adalah penggunaan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-x) untuk membunuh atau memperkecil sel kanker. Radioterapi sesudah operasi mengurangi angka kekambuhan sebesar 50-75%. Namun radioterapi dapat menyebabkan efek samping di kemudian hari. Untuk alasan itu, radioterapi setelah operasi dianjurkan dibatasi pada pasien dengan risiko tinggi untuk kekambuhan. Yang dimaksud risiko tinggi adalah pasien dengan tumor yang besar sampai mengenai kulit payudara atau dinding dada, atau untuk pasien yang mempunyai sebaran kanker di kelenjar ketiak. Penelitian menunjukkan hasil uji klinik jangka panjang yang mempelajari pasien risiko tinggi. Satu kelompok diobati dengan teknik radioterapi dan kemoterapi, dan satu kelompok lain diobati dengan kemoterapi saja. Ternyata yang mendapat pengobatan kombinasi kemoterapi dan radioterapi menghasilkan kekambuhan yang lebih sedikit, serta angka ketahanan hidup yang lebih baik. Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. 1
 Pengobatan Sistemik
1. Hormonal
Sejak awal tahun 1960-an, sewaktu reseptor estrogen pertama kali ditemukan, diketahui bahwa kanker payudara yang mempunyai reseptor estrogen atau reseptor progesterone yang memberikan hasil pengobatan yang lebih baik. Karena itu setelah pembedahan, umumnya sebagian jaringan kanker disisihkan untuk pemeriksaan reseptor estrogen dan reseptor progesteron.
2. Tamoksifen
Obat ini bekerja langsung terhadap reseptor estrogen yang terdapat di sel kanker sehingga dapat mengecilkan kanker 30%.
3. Goserelin
Dimana Sekitar 40% wanita premenopause dengan estrogen reseptor positif atau yang dengan metastatik berespon terhadap goserelin.
4. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat antikanker, biasanya melalui injeksi/infus ataupun secara oral. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Obat-obatan ini masuk ke dalam darah dan dapat membunuh sel-sel kanker yang telah menyebar, namun efek sampingnya adalah bahwa obat-obatan tersebut juga dapat merusak sel sehat, sehingga pada saat pemberian pasien merasakan efek samping seperti kelelahan, mual, hilangnya nafsu makan, rambut gugur, perubahan jadwal menstruasi dan mudah sakit. Kemoterapi biasanya diberikan 1-2 minggu sesudah operasi. Namun untuk tumor yang terlalu besar, sebaiknya dilakukan kemoterapi 

F. Prognosis
       Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis. Bila tidak diobati ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%. Sedangkan ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-5% . Ketahahan hidup bergantung pada tingkat penyakit saat mulai pegobatan, gambaran histopatologik, dan uji reseptor estrogen yang bila positif lebih baik.
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan yang sesuai mendekati:
– 95% untuk stadium 0
– 88% untuk stadium I
– 66% untuk stadium II
– 36% untuk stadium III
– 7% untuk stadium IV.
Harapan hidup dengan adanya metastasis mencapai 2 sampai 3,5 tahun, walaupun beberapa pasien (25%-35%) dapat hidup selama 5 tahun, dan lainnya (10%) dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien yang mengalami metastasis lama setelah didiagnosa awal atau yang mengalami metastasis ke tulang atau jaringan lunak memiliki prognosis yang lebih baik.
Pendekatan dari segi medis adalah :
1. Obat Pencegah Kanker Payudara.
Perempuan dengan resiko tinggi, yaitu yang survive/selamat dari kanker payudara atau yang setidaknya memiliki hubungan darah dengan penderita kanker (ibu atau saudara perempuannya), bisa mendapatkan terapi ‘Tamoksifen’, yang bekerja dengan cara memblokade efek pemicu tumor dari estrogen.
2. Mastektomi Sebelum Serangan Kanker.
Untuk perempuan dari keluarga dengan resiko genetik yang sangat tinggi, ada suatu mastektomi untuk pencegahan kanker payudara. Memang merupakan suatu pendekatan yang radikal, tetapi kebanyakan berhasil. Mastektomi ini mengangkat jaringan payudara, tapi tidak seluruhnya, sehingga kemungkinan terjadinya kanker masih ada.
Pencegahan secara alami meliputi :
1. Berolah Raga Secara Teratur.
Penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan meningkatnya aktivitas, maka resiko kanker payudara akan berkurang. Berolah raga akan menurunkan kadar estrogen yang diproduksi tubuh sehingga mengurangi resiko kanker payudara.
2. Kurangi Lemak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet rendah lemak membantu mencegah kanker payudara. Namun penelitian terakhir menyatakan bahwa yang lebih penting adalah jenis lemaknya dan bukan jumlah lemak yang dikonsumsi.
Jenis lemak yang memicu kanker payudara adalah lemak jenuh dalam daging, mentega, makanan yang mengandung susu full-cream (whole-milk dairy foods) dan asam lemak dalam margarin, yang bisa meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
Sedangkan jenis lemak yang membantu mencegah kanker payudara adalah lemak tak-jenuh dalam minyak zaitun dan asam lemak Omega-3 dalam ikan Salmon dan ikan air dingin lainnya.
3. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang.
Cara Anda memasak daging akan mempengaruhi resiko kanker payudara. Daging-daging yang dimasak/dipanggang menghasilkan senyawa karsinogenik (amino heterosiklik). Semakin lama dimasak, semakin banyak senyawa ini terbentuk. Amino heterosiklik paling banyak terdapat dalam daging bakar yang lapisan luarnya (kulitnya) gosong dan hitam.
4. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang.
Semakin banyak buah dan sayuran yang dimakan, semakin berkurang resiko untuk semua kanker, termasuk kanker payudara. Makanan dari tumbuh-tumbuhan mengandung anti-oksidan yang tinggi, di antaranya vitamin A, C, E dan mineral selenium, yang dapat mencegah kerusakan sel yang bisa menjadi penyebab terjadinya kanker.
National Cancer Institute (NCI) merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran paling tidak 5 (lima) kali dalam sehari. Tapi harus dihindari buah dan sayuran yang mengandung banyak lemak, seperti kentang goreng atau pai dengan krim pisang.
5. Konsumsi Suplemen Anti-Oksidan.
Suplemen tidak dapat menggantikan buah dan sayuran, tetapi suatu formula anti-oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat mencegah kanker payudara.
6. Konsumsi Makanan Berserat.
Selain berfungsi sebagai anti-oksidan, buah dan sayuran juga mengandung banyak serat. Makanan berserat akan mengikat estrogen dalam saluran pencernaan, sehingga kadarnya dalam darah akan berkurang.
7. Konsumsi Makanan Yang Mengandung Kedelai / Protein.
Makanan-makanan yang berasal dari kedelai banyak mengandung estrogen tumbuhan (fito-estrogen). Seperti halnya ‘Tamoksifen’, senyawa ini mirip dengan estrogen tubuh, tapi lebih lemah. Fito-estrogen terikat pada reseptor sel yang sama dengan estrogen tubuh, mengikatnya keluar dari sel payudara sehingga mengurangi efek pemicu kanker payudara.
Selain menghalangi estrogen tubuh untuk mencapai sel reseptor, makanan berkedelai juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh.
8. Konsumsi Kacang-Kacangan.
Selain dalam kedelai, fito-estrogen juga terdapat dalam jenis kacang-kacangan lainnya.
9. Hindari Alkohol.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa semakin banyak mengkonsumsi alkohol, maka resiko kanker payudara semakin bertambah karena alkohol meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
10. Kontrol Berat Badan Anda.
Kenaikan berat badan setiap pon setelah usia 18 tahun akan menambah resiko kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan dengan bertambahnya lemak tubuh, maka kadar estrogen sebagai hormon pemicu kanker payudara dalam darahpun akan meningkat.
11. Hindari Xeno-Estrogens.
Xeno-estrogen maksudnya estrogen yang berasal dari luar tubuh. Perempuan mengkonsumsi estrogen dari luar tubuh terutama yang berasal dari residu hormon estrogenik yang terdapat dalam daging dan residu pesitisida estrogenik. Diduga xeno-estrogen bisa meningkatkan kadar estrogen darah sehingga menambah resiko kanker payudara.
Cara terbaik untuk menghindari xeno-estrogen adalah dengan mengurangi konsumsi daging, unggas (ayam-itik) dan produk susu (whole-milk dairy product).
12. Berjemur di Bawah Sinar Matahari.
Meningkatnya angka kejadian kanker kulit (Melanoma maligna) menjadikan kita takut akan sinar matahari. Tetapi sedikit sinar matahari dapat membantu mencegah kanker payudara, karena pada saat matahari mengenai kulit, tubuh membuat vitamin D. Vitamin D akan membantu jaringan payudara menyerap kalsium sehingga mengurangi resiko kanker payudara.
Agar bisa memperoleh sinar matahari selama 20 menit/hari, dianjurkan untuk berjalan di bawah sinar matahari pada siang hari atau sore hari. Tetapi bila Anda ingin mendapatkan kalsium atau vitamin D tidak dari sinar matahari, Anda dapat mencoba mengkonsumsi makanan suplemen.
13. Jangan Merokok.
14. Berikan ASI Rutin Kepada Anak Anda.
Untuk alasan yang masih belum jelas, menyusui berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker payudara sebelum masa menopause.
15. Pertimbangkan Sebelum Melakukan HRT.
Ada beberapa alasan bagus untuk melakukan HRT (Hormone Replacement Therapy / terapi pengganti hormon) sesudah masa menopause, yaitu mengurangi resiko penyakit jantung, osteoporosis dan penyakit Alzheimer’s. Tetapi HRT akan menambah resiko kanker payudara


REFERENSI
Bustan, M.N. Dr.2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Pengobatan Kanker Tak Sia-sia. http://jurnal nasional.com/
A – Z Kanker Payudara pada Perempuan. http://www.conectique.com/
Kanker Payudara. http://www.hompedin.org/
Berpikir Positif Cegah Kanker Payudara. http://www.kompas.com/ di akses
Kanker Payudara. http://www.wikipedia.org/
Deteksi Dini Kanker Payudara. http://www.med.unhas.ac.id.com/
Fivone, Arbe.2008. Kanker Payudara. http://www.singgasanapencariilmu.com/


EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR POLIO

       Polio adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanent. Polia adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular.

Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus.

Gejala Penyakit Polio ini ditandai dengan :
a.       Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam.
-          demam ringan
-          sakit kepala
-          tidak enak badan
-          nyeri tenggorokan
-          tenggorokan tampak merah
-           muntah.
b.      Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
-          demam sedang
-          sakit kepala
-          kaku kuduk
-           muntah
-           Diare
-           kelelahan yang luar biasa
-           Rewel
-           nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
-          kejang dan nyeri otot
-           nyeri leher
-           nyeri leher bagian depan
-           kaku kuduk
-           nyeri punggung
-           nyeri tungkai (otot betis)
-           ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
-           kekakuan otot.
c.       Poliomielitis paralitik
-          demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
-           sakit kepala
-           kaku kuduk dan punggung
-           kelemahan otot asimetrik
-           onsetnya cepat segera berkembang menjadi kelumpuhan
-           lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
-          perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
-           peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
-           sulit untuk memulai proses berkemih
-           Sembelit
-           perut kembung
-           gangguan menelan
-           nyeri otot
-           kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
-           Ngiler
-           gangguan pernafasan
-           rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
-           refleks Babinski positif.
Pemeriksaan Laboratorium nya meliputi :
Pada pasien dengan kecurigaan suatu polio dapat dilakukan pemeriksaan spesimen dari cairan cerbrospinal, feses dan lendir mukosa tenggorokan dan dilakukan kultur dari virus. Dari pemeriksaan darah dapat dilakukan pemeriksaan antibodi immunoglobulin G (IgG) akan didapatkan peningkatan hingga 4 kali angka normal. Pemeriksaan pada saat fase akut dapat dilakukan dengan pemeriksaan antibodi immunoglobulin M (IgM) yang akan didapatkan hasil yang positif. 
      
    ETIOLOGI DAN SIFAT
Penyakit Polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoran(feses) atau sekret tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus polio masuk melalui ludah sehingga menyebabkan infeksi. Hal ini dapat terjadi dengan mudah bila tangan terkontaminasi atau benda-benda yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut. 
Virus polio masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang biak ditenggorokan dan usus. Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian akan dikeluarkan melalu tinja selama beberapa minggu kemudian.
Sifat dari polio seperti halnya yang lain yaitu stabil terhadap Ph asam selama 1-3 jam. Tidak aktif pada suhu 56 derjad celcius selama 30 menit. Virus polio berkembangbiak didalam sel  yang terinfeksi dan siklus yang sempurna berlangsung selama 6 jam. Virus tersebut dapat hidup diair dan manusia, meskipun juga bisa terdapat pada sampah dan lalat
      MASA INKUBASI / MASA PENULAR
            Virus polio mengalami inkubasi selama 5-35 hari di dalam tubuh. Selanjutnya virus akan berkembang pertama kali dalam dinding faring (leher dalam) atau saluran cerna bagian bawah. Dari saluran cerna virus menyebar ke jaringan getah bening local atau regional. Akhirnya virus menyebar masuk ke dalam aliran darah sebelum menembus dan berkembang biak di jaringan saraf.
      DISTRIBUSI KEJADIAN PENYAKIT
a.       Distribusi Penyakit Polio Menurut Tempat
Di Indonesia sebelum PD II, penyakit polio merupakan penyakit yang sporadic endemic, epidemic pernah terjadi di pelbagai daerah seperti Biliton (1948) sampai ke Banda, Balikpapan. Bandung (1951), Surabaya (1952), semarang (1954), Medan (1957), dan endemic yang terakhir terjadi di tahun 1977 di bali selatan.
Pada tahun 2005, polio kembali mewabah. Secara nasional tercatat kasus polio sudah mencapai 295 kasus di 41 kabupaten/kota di 10 provinsi yakni Banten, Jawa barat, Lampung, Jawa tengah, Sumatera Utara, Jawa timur, Sumatera selatan, DKI Jakarta, Riau dan Aceh. Dalam tahun yang sama yakni 2005, kasus polio terjadi di Sukabumi (Jawa barat) dan dinyatakan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa).

RESERVIOR
Manusia satu-satunya dan sumber penularan biasanya , penderita tanpa gejala (inaparent infection) terutama anak-anak. Belum pernah ditemukan adanya pembawa virus liar yang berlangsung lama

      CARA PENULARAN
Cara – cara penularan :
Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung . Transmisi langsung melalui droplet dan orofaring serta feces penderita yang menyebar melalui jari yang terkontaminasi pada peralatan makan, makanan , dan minuman. Sedangkan penularan dengan tidak langsung melalui sumber air , air mandi dimana virus berada dalam air buangan masuk ke sumber – sumber air tersebut dikaeaan sanitasi yang rendah (Wahyuhono,1989)
Gbr.1   Penularan dr droplet 
Peralatan dan barang – barang yang tercemar dapat berperan sebagai media penularan . Belum ada bukti serangga dapat menularkan virus polio, sedangkan air dan limbah jarang sekali dilaporkan sebagai sumber penularan. Kontaminasi virus melalui makanan dan air yang dipakai bersama dalam suatu komunitas untuk semua keperluan sanitasi dan makan-minum, menjadi ancaman utnuk terjadinya wabah.
Gbr.2 Limbah 
Virus di tularkan infeksi droplet dari oral faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi. Penularan terutama terjadi langsung ke manusia melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Fekal-oral berarti miniman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Sementara itu, oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya.
Factor yang mempengaruhi penyebaran virus adalah kepadatan penduduk, tingkat higienis, kualitas air, dan fasilitas pengolahan limbah. Di area dengan sanitasi yang bagus dan air minum yang tidak terkontaminasi, rute transmisi lainnya mungkin penting.
7    KERENTANAN DAN KEKEBALAN
Semua orang rentan terhadap infeksi virus polio, namun kelumpuhan terjadi hanya sekitar 1% dari infeksi. Sebagian dari penderita ini akan sembuh dan yang masih tetap lumpuh berkisar antara 0,1% sampai  1% . Angka kelumpuhan pada orang-orang dewasa non imun yang terinfeksi lebih tinggi dibandingkan dengan anak dan bayi yang non imun
Kekebalan spesifik yang terbentuk bertahan seumur hidup , baikk sebagai akibat infeksi virus polio maupun innaparent. Srangan kedua jarang terjadi dan sebagai akibat infeksi virus polio degan tipe yang berbeda. Bayi yang lahir dari ibu yang sudah di imunisasi mendapat kekebalan pasif yang pendek. Resiko tinggi tertulari polio adalah kelompok rentan seperti kelompok-kelompok yang menolak imunisasi, kelompok minoritas ,para migrant musiman , anak-anak yang tidak terdaftar, kaum nomanden, pengungsi dan masyarakat miskin perokotaan.
     CARA PENCEGAHAN DAN PENGAWASAN
Cara Pencegahan :
Penyakit polio dapat di cegah dengan imunisasi. Vaksinasi virus mati di berikan secara suntikan. Sedangkan yang hidup melalui mulut dengan tetesan. Virus hidup yang di lemahkan lebih efektif di bandingkan dengan virus yang mati. Selain pemberian imunisasi maka peningkatan sanitasi lingkungan dan higienis perorangan sangat di perlukan.
Untuk mencegah penyakit polio di antaranya dengan membiasakan pola hidup sehat, sanitasi yang baik dan terus menjaga kualitas gizi sekaligus kebugaran kondisi fisik.salah satu cara terbaik melindungi anak-anak dari penyakit polio. Yakni dengan mencuci tangan dan alat-alat makan seperti piring, gelas, atau pun sendok dengan sabun dan air yang tidak tercemar oleh virus polio.
Kemudian jika memasak air sebaiknya dimasak sampai mendidih sempurna, sebab cara ini cukup efektif untuk membunuh virus polio. Sebab diketahui, virus polio liar hidup dengan baik pada suhu – 80C. Di luar tubuh manusia, bila terkena panas matahari, virus polio hanya bertahan hidup selama 2 hari, tapi kalau di dalam cuaca lembab lebih lama. Selain itu, imunisasi terhadap polio sampai lengkap pun dapat mencegah penyakit ini.
Pengawasan penyakit Polio :

Untuk mendeteksi penyebaran penyakit polio pemerintah juga akan menggalakan imunisasi masal. Imunisasi diperlukan untuk membangkitkan kekebalan lokal di usus melalui pemberian vaksin polio. Vaksin ini mengandung tiga jenis virus yaitu tipe 1, 2, dan 3. Caranya, diteteskan ke mulut sebanyak dua tetes setiap kali pemberian atau dikenal dengan Oral. Bila anak sudah mendapatkan imunisasi polio minimal empat kali, hampir dapat dipastikan anak kebal terhadap polio. Bila belum diimunisasi, segera berikan dosis pertama. Anak akan terlindung selama 100 hari, sehingga bila virus polio masuk, tidak berbiak dan menyebabkan penyakit polio, lalu dilanjutkan sampai lengkap Vaksin polio dibagi menjadi dua yaitu inactivated polio virus (IPV) yang diberikan secara suntikan dan attenuated polio virus (OPV) yang diberikan tetesan dibawah lidah. 
IPV merupakan vaksin yang pertama tersedia secara menyeluruh pada tahun 1950an. Kelebihan dari IPV adalah berisi virus yang lemah, sehingga tidak berhubungan dengan kejadian poliomielitis akibat pemberian vaksin. Formulasi yang lebih baik adalah enhanced inactivated poliovirus vaccine (eIPV). Vaksin ini diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 – 12 bulan dan sebelum masuk sekolah (usia 4 tahun). 
Pemberian OPV terutama sejak tahun 1960an. Immunisasi dengan cara ini menyebabkan penurunan yang signifikan pada kasus-kasus poliomielitis di dunia. Pemberian secara oral memberikan kelebihan dengan adanya pertahana tubuh terhadap virus tersebut di mukosa saluran nafas dan pencernaan. Kerugian OPV adalah dapat menyebabkan vaccine-associated paralytic poliomyelitis  (VAPP). Pemberian vaksin ini diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan pemberian booster setiap 4 tahun. 
Varian OPV baru berupa monovalent oral poliovirus type 1 vaccine (mOPV1) diperkenalkan pertama kali di India pada bulan April 2005. Dari penelitan didapatkan bahwa varian baru ini 3 kali lebih efektif dan jauh lebih sedikit angka efek samping dibandingkan pemberian OPV pertama, sehingga menjadi rekomendasi internasional untuk menghilangkan poliovirus.

HIPERTENSI DALAM KAJIAN EPIDEMIOLOGI

       




Hipertensi adalah tekanaan sistolik > mmHg dan tekanan diastolic > 90 mmHg secara kronik. Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes mellitus (DM) dimana diperkirakan prevalensinya mencapai 50-70%. Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama untuk mobilitas dan mortalitas  Kardiovaskuler.
Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka  cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. 
Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu. Penyakit tersebut timbul karena berbagai factor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari factor risiko diatas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes mellitus.


Gejala Penyakit Hipertensi
Gejala-gejala penyakit hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut:      
  1. Sakit kepala
  2. Kelelahan
  3. Mual
  4. Muntah
  5. Sesak nafa 
  6. Gelisah    
FAKTOR RESIKO PENYAKIT HIPERTENSI
Faktor risiko hipertensi, beberapa di antaranya dapat dikendalikan atau dikontrol dan tidak dapat dikontrol diantaranya :
 1.      Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dikontrol yaitu obesitas, kurang olahraga, merokok, menderita diabetes mellitus, menkonsumsi garam berlebih, minum alKohol, diet, minum kopi, pil KB , stress emosional dan sebagainya. 
 2.      Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol yaitu Umur, jenis kelamin, dan genetic.

Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari :
A. Person (orang)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari segi orang :
 a. Umur Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominant berumur (31-55tahun). Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Yang man penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas.
 b. Jenis kelamin Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada perempuan  masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause, wanita relatife terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana kadar estrogen menurun setelah menopause. 
c.   Status gizi      
             Keadaan Zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak Kekurangan   atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang  seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima. Dimana ini merupakan faktor penting sebagai zat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati).Sehingga ini  sebagai penunjang untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.
 d. Faktor psikokultural 
         Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psiko-kultural, tetapi belum dapat diambil kesimpulan. Namun pada dasarnya dapat berpengaruh apabaila terjadi stres, psikososial akut menaikkan tekanan darah secara tiba-tiba yang mana ini merupakan penyebab utama  terjadinya penyakit hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang layak untuk perlu diperhatikan .  
B.  Place (tempat) 
           Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi adalah merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada dipegunungan. Yang dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.
C. Determinan
           Determinan atau faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit Hipertensi adalah : 
a). Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam lingkungan dan kebiasaan makan yang sama.
b)  Konsumsi garam : telah jelas ada hubungan, tetapi data pe-nelitian pada daerah-daerah dimana konsumsi garam tinggi tidak selalu mempunyai prevalensi tinggi
c)  Obesitas : telah diketahui adanya korelasi timbal balik antara obesitas dan hipertensi .